Langsung ke konten utama
[Praktikum Bahan Bangunan Laut] Pekan ke-2 : Perencanaan Campuran Beton


Topik pada praktikum kali ini yaitu melakukan perhitungan mengenai perencanaan campuran beton yang akan di buat serta mengaplikasikan perhitungan beton tersebut dengan melaksanakan pembuatan beton sesuai perencanaan perhitungan. Beton yang akan dibuat pada praktikum ini adalah beton dengan jenis kontruksi dinding dan balok tipe K-175 dengan pengerjaan tanpa penambahan udara dalam kondisi laboraturium yang kurang baik. Berikut kegiatan- kegiatan yang dilakukan selama  pengerjaan praktikum :
  • Prosedur Perencanaan Campuran Beton
  • Tahap 1: Pemilihan Angka Slump
Jika nilai slump tidak ditentukan dalam spesifikasi, maka nilai slump dapat dipilih dari tabel 4.1. untuk berbagai jenis pengerjaan konstruksi.
  • Tahap 2: Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar
Untuk volume agregat yang sama, penggunaan agregat dengan gradasi yang baik dan dengan ukuran maksimum yang besar akan menghasilkan rongga yang lebih sedikit daripada penggunaan agregat dengan ukuran maksimum agregat yang lebih kecil. Hal ini akan menyebabkan penurunan kebutuhan mortar dalam setiap volume satuan beton.
Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Sebagai contoh, ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Dimana,
D      = ukuran maksimum agregat
d       = lebar terkecil di antara 2 tepi bekisting
h       = tebal pelat lantai
s        = jarak bersih antara tulangan
c       = tebal bersih selimut beton
  • Tahap 3: Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
Jumlah air pencampur persatuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan nilai slump tertentu sangat bergantung pada ukuran maksimum agregat, bentuk, serta gradasi agregat dan juga pada jumlah kebutuhan kandungan udara pada campuran.
Jumlah air yang dibutuhkan tersebut tidak banyak berpengaruh oleh jumlah kandungan semen dalam campuran. Tabel berikut memperlihatkan informasi mengenai kebutuhan air pencampur untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat.
  • Tahap 4: Pemilihan nilai perbandingan air semen
Untuk rasio air semen yang sama, kuat tekan beton dipengaruhi oleh jenis agregat dan semen yang digunakan. Oleh karena itu, hubungan rasio air semen dan kekuatan beton yang dihasilkan seharusnya dikembangkan berdasarkan material yang sebenarnya yang digunakan dalam pencampuran. Terlepas dari hal di atas, tabel berikut bisa dijadikan pegangan dalam pemilihan nilai perbandingan air semen.
Nilai kuat tekan beton yang digunakan pada tabel diatas adalah nilai kuat tekan beton rata-rata yang dibutuhkan, yaitu:
fm = fc’ + 1,64 Sd
dimana,
fm     : nilai kuat tekan beton rata-rata
fc      : nilai kuat tekan karakteristik (yang disyaratkan)
Sd     : standar deviasi (dapat diambil berdasarkan tabel di bawah ini)
Harga rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi exposure (lingkungan) tertentu. Sebagai contoh, untuk struktur yang berada di lingkungan laut harga rasio air semen biasanya dibatasi maksimum 0,40 – 0,45.
  • Tahap 5: Perhitungan kandungan semen
Berat semen yang dibutuhkan adalah sama dengan jumlah berat air pencampur (tahap 3) dibagi dengan rasio air semen (tahap 4).
  • Tahap 6: Estimasi kandungan agregat kasar
Rancangan campuran beton yang ekonomis bisa didapat dengan menggunakan semaksimal mungkin volume agregat kasar atas dasar berat isi kering (dry rodded unit weight) per satuan volume beton. Data eksperimen menunjukkan bahwa semakin halus pasir dan semakin besar ukuran maksimum partikel agregat kasar, semakin banyak volume agregat kasar yang dapat dicampurkan untuk menghasilkan campuran beton dengan kelecakan yang baik.
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pada derajat kelecakan tertentu (slump = 75 – 100 mm), volume agregat kasar yang dibutuhkan per satuan volume beton adalah fungsi daripada ukuran maksimum agregat kasar dan modulus kehalusan agregat halus.
Berdasarkan tabel 4.5, volume agregat kasar (dalam satuan m3) per 1 mbeton adalah sama dengan fraksi volume yang di dapat dari tabel 4.4. Volume ini kemudian dikonversikan menjadi berat kering agregat kasar dengan mengalikannya dengan berat isi kering dari agregat yang dimaksud (dry rodded unit weight).
Untuk campuran dengan nilai slump selain 75 – 100 mm, volume agregat kasar dapat diperoleh dengan mengoreksi nilai yang ada pada tabel 4.5 dengan angka koreksi yang ada pada tabel 4.6.
  • Tahap 7: Estimasi kandungan agregat halus
Setelah menyelesaikan tahap 6, semua bahan pembentuk beton yang dibutuhkan telah diestimasi kecuali agregat halus. Jumlah pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:
  1. Cara perhitungan berat (weight method)
  2. Cara perhitungan volume absolut (absolut volume method)
Volume agg. halus = 1- vol. udara – vol. air – vol. agg. kasar – vol. semen
Massa aggregat halus = volume agregat halus x specific gravity kondisi SSD 
  • Tahap 8: Koreksi kandungan air pada agregat
Pada umumnya, stok agregat di lapangan berada dalam kondisi basah (kondisi lapangan) tetapi tidak dalam kondisi jenuh dan kering permukaan (SSD).
Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa jadi lebih besar atau bahkan lebih kecil dari harga yang telah ditentukan berdasarkan tahap 4 dan berat SSD agregat (kondisi jenuh dan kering permukaan) menjadi lebih kecil atau lebih besar dari harga estimasi pada tahap 6 dan 7.
Urutan rancangan beton dari tahap 1 sampai tahap 7 dilakukan berdasarkan kondisi agregat yang SSD. Oleh karena itu, untuk trial mix air pencampur yang dibutuhkan dalam campuran bisa diperbesar atau diperkecil tergantung dengan kandungan air bebas pada agregat. Sebaliknya, untuk mengimbangi perubahan air tersebut, jumlah agregat harus diperkecil atau diperbesar.
  • Tahap 9: Trial Mix
Karena banyaknya asumsi yang digunakan dalam mendapatkan proporsi campuran beton di atas, maka perlu dilakukan trial mix skala kecil di laboratorium. Hal – hal yang perlu diuji dalam trial mix ini:
Nilai Slump
Kelecakan (workability)
Kandungan udara
Kekuatan pada umur – umur tertentu
  • Data Perhitungan Perencanaan Campuran Beton
Setelah selesai melakukan prosedur pengerjaan perencaan campuran beton diatas, diperoleh data-data masing-masing material campuran beton berikut ini :
Penetapan Variabel Perencanaan
1
Kategori Jenis Struktur
K-175
2
Slump Rencana
7,5-10 cm
3
Rencana Kuat tekan beton
22,082 Mpa
4
Modulus kehalusan agregat
3,52
5
Ukuran maksimum agregat kasar
2 cm
6
Berat jenis agregat halus
2,463
7
Berat jenis agregat kasar
2,4999
8
Berat volume/isi agregat kasar
1,451 kg/m3

Perhitungan komposisi unsur beton
9
Rencana air adukan beton W
200 kg
10
Prosentasi udara tertangkap
2%
11
Perbandingan W/C
0,65
12
Perbandingan W/C maksimum
-
13
Berat semen yang diperlukan
307,69 kg
14
Volume agregat kasar perlu bagi 1m beton
54,80%
15
Berat agregat kasar [kerikil] perlu
0,795
16
Volume semen
0,0977
17
Volume air
0,2
18
Volume agregat kasar
3,228x10-4
19
Volume udara
0,02
20
Volume perlu agregat halus
0,68
Komposisi berat unsur adukan/m3 beton
21
Semen
307,69 kg
22
Air
200 kg
23
Agregat kasar kondisi SSD
0,795 kg
24
Agregat halus kondisi SSD
1699,932 kg
25
Faktor semen
6154
Komposisi jumlah air dan berat unsur untuk perencanaan lapangan
26
Kadar air agregat kasar
5,21%
27
Absorpsi agregat kasar
5,35%
28
Kadar air agregat halus
4,88%
29
Absorpsi agregat haus
9,97%
30
Tambahan air adukan dari agrega kasar
0,01798 kg
31
Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan
0,04428 kg
32
Tambahan air adukan dari agregat halus
31,225 kg
33
Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan
79,0617 lg
Komposisi campuran beton kondisi lapangan
34
Semen
307,69 kg
35
Air
231,22606 kg
36
Agregat kasar kondisi lapangan
0,7976107 kg
37
Agregat halus kondisi lapangan
1783,3727 kg
Komposisi unsur campuran beton/kapasitas mesin molen = 0,03M
38
Semen
11,2525 kg
39
Air
8,455937 kg
40
Agregat kasar kondisi lapangan
0,7976107 kg
41
Agregat halus kondisi lapangan
1783,3727 kg


Itulah kegiatan yang kami lakukan di pekan ke-2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[JENIS OFFSHORE PLATFORM BERDASARKAN KONSTRUKSINYA] Struktur terpancang pada dasar laut (Fixed Platform) Pada konstruksi terpancang, beban vertikal, horizontal dan moment dapat ditransformasikan oleh konstruksi kaki melalui pondasi ke dasar laut Contoh : jacket steel platform, gravity platform, monopod, tripod, dll Struktur terapung (Floating Platform) CONTOH : semi-submersible, jack-up platform, drilling ship, barge, dll Gerakan struktur diatas air relatif lebih besar (kecuali Jack-up) dibanding Fixed Plat. Kaki-kaki Jack-up tidak terpancang permanen di dasar laut tapi dapat naik-turun. Struktur terapung dilengkapi fasilitas penambatan (MOORING), dengan sistem: 1. Catenary Mooring – (jangkar, rantai atau wire ropes) – (jumlah mooring line antara 4 ~ 24 buah) – (karakteritik dipengaruhi beban statis dan dinamis) 2. Dynamic Positioning (motion response control, thruster) (Untuk laut dalam dan lokasi kerja rawan) FUNGSI :   – Anjungan Pengeboran (dr...
[JENIS-JENIS BETON] Dalam  konstruksi ,  beton  adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Ada bermacam-macam jenis beton antara lain : 1. Beton siklop Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa , perbedaannya ialah pada beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar2.beton ini digunakan pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya.ukuran agregat kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini sebaiknya tidak lebih dari 20 persen dari agregat seluruhnya. 2. Beton Ringan Beton jenis ini sama dengan beton biasa perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukanbeton berlangsung.bet...
[ANALISIS MATERIAL KONSTRUKSI LABTEK VI ITB] Labtek VI adalah salah satu gedung yang berada di tengah ITB. Gedung tersebut adalah gedung tempat mahasiswa teknik kelatuan belajar. Saya mencoba menganalisa material-material penyusun keempat gedung tersebut Labtek VI Dilihat dari bangunannya, menurut saya gedung ini tersusun dari  60% beton bertulang, 25% bata, dan 15% baja ringan. Berikut saya paparkan mengenai cara pembuatan dari material-material tersebut, yaitu bata dan baja ringan. 1. Baja Ringan Secara umum cuma dikenal pembentukan baja dengan metode  hot rolled  atau diistilahkan  canai panas.   Di dalam proses ini biasanya balok baja dipanaskan dalam suhu tinggi kemudian melalui serangkaian rol baja akan dibentuk menjadi sesuai keinginan, misalnya baja profil IWF, H-Beam, dll. Untuk baja tipis atau baja ringan, proses yang dikenakan dikenal den...