[ANALISIS
MATERIAL KONSTRUKSI LABTEK VI ITB]
Labtek VI adalah salah satu gedung yang berada di
tengah ITB. Gedung tersebut adalah gedung tempat mahasiswa teknik kelatuan
belajar.
Saya mencoba menganalisa material-material penyusun
keempat gedung tersebut
Labtek VI
Dilihat dari bangunannya, menurut saya gedung ini
tersusun dari 60% beton bertulang, 25% bata, dan 15% baja ringan.
Berikut saya paparkan mengenai cara pembuatan dari
material-material tersebut, yaitu bata dan baja ringan.
1. Baja Ringan
Secara umum cuma dikenal pembentukan baja dengan
metode hot rolled atau diistilahkan canai
panas. Di dalam proses ini biasanya balok baja dipanaskan dalam
suhu tinggi kemudian melalui serangkaian rol baja akan dibentuk menjadi sesuai
keinginan, misalnya baja profil IWF, H-Beam, dll.
Untuk baja tipis atau baja ringan, proses yang
dikenakan dikenal dengan pembentukan dingin atau Cold Forming dan
hasilnya biasa dikenal dengan Cold Formed Section. Dalam
pembentukan ini pelat baja dalam konsdisi suhu kamar akan dibentuk. Metode
pembentukan yang biasa dilakukan adalah:
A. Press Brake
Proses pembentukan press-brake dilakukan menekuk pelat
baja. Pelat baja diletakkan ke dalam alat ini dan ditekuk bagian-bagiannya
secara bertahap hingga menjadi bentuk yang diiingkan.
Kelebihan dari proses ini adalah
bentuk profil dapat dibuat sesuai keinginan selama alat atau tooling tersedia.
Apalagi dengan alat yang moderen yang terkomputerisasi, mesin press-brake sudah
menjadi mesin CNC dengan adanya lengan penahan yang akan bergerak sesuai dengan
bentuk yang telah di-masukkan ke dalam program. Mesin baru ini juga telah
dilengkapi anti-crowning sehingga bentuk profil yang panjang tidak akan
melengkung akibat proses penekukan.
Kekurangan proses ini adalah dalam produktivitas
menghasilkan produk dan tidak mampunya membentuk tekukan kecil yang terhalang
oleh tekukan lain. Produktivitasnya sangat rendah jika ingin membentuk profil
secara masal, karena prosess untuk pembuatan satu bentuk harus diulang-ulang
tekukannya.
2. Roll Forming
Proses roll forming dilakukan dengan melewatkan pelat
baja ke dalam serangkaian roll hingga produk yang diinginkan tercapai.
Mesin roll forming yang baru sudah terkomputerisasi sehingga dapat melubangi,
dan mencetak label di ujung proses setelah profil terbentuk.
Produktivitas proses roll forming sangatlah tinggi
sehingga dalam waktu singkat profil dapat segera terbentuk, itulah
kelebihannya.
Namun kekurangannya adalah satu mesin dengan roll set
yang telah disiapkan hanya dapat membuat satu bentuk yang telah ditetapkan
sehingga harus memesan mesin baru jika menginginkan bentuk baru meski hanya
sekedar menambah tekukan atau lipatan.
3. Punching
Proses ketiga adalah proses pembentukan dengan
menggunakan mesin punch atau mesin pons. Pelat baja disimpan di atas die-set
dan kemudian proses punching dengan tekanan tinggi akan melubangi dan membentuk
pelat baja tersebut. Proses ini biasa dilakukan pada pembuatan aksesoris atau
komponen-komponen kecil dari baja ringan.
Proses pembentukan suatu aksesoris biasanya akan melibatkan
beberapa tahapan proses punching, sehingga untuk mempercepat prosesnya biasanya
dibuatkan sistem progressive. Dengan cara ini proses
punching akan berjalan secara berurutan melakukan berbagai tahapan pembentukan
dengan die-set yang sudah tersusun secara berurutan juga.
2. Bata
Dalam pembuatan batu bata ada 3 tahap yaitu sebagai berikut :
Tahap penghalusan :
Tanah merah dimasukan ke dalam wadah yang telah
disediakan, sebelum dimasukan wadah tersebut diisi dengan air,
selanjutnya tanah dimasukan dan diinjak-injak sampai halus.
Tahap percetakan :
Tanah Merah yang sudah dihaluskan sehingga membentuk tanah liat, setelah
itu dimasukan kedalam tempat pencetakan (Forong) yang berukuran panjang 10cm
dan Lebar 7cm. Setelah dimasukan kedalam cetakan dan di padatkan dengan cara
menakan dengan menggunakan tangan, rapikan permukaan corong menggunakan bambu,
setelah itu dibagi menjagi tiga bagian dengan cara dipotong dengan
menggunakan benang boflang. Berikut gambar proses pemasukan tanah liat
dan proses perapian permukaan corong.
Selanjutnya keluarkan dari cetakan ke tempat yang
telah disediakan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara menyusun batu bata yang
diberi sedikit jarak agar angin dapat masuk. pada musim panas proses
pengeringan bisa memakan waktu ± 1 sampai 2 bulan, proses pengeringan juga
bergantung dari cuaca. Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun bata dengan
diberi cela.
Tahap Pembakaran :
Pembakaran batu bata berlangsung di oven yang terbuat dari batu bata yang
direkatkan menggunakan tanah liat itu sendiri. Pembakaran menggunakan kayu yang
keras seperti : kayu mangga, kenari, linggua dan kayu yang keras lainnya.
Proses pembakaran berlangsung selama 2 hari, yaitu 2 siang dan 2 malam.
Apabila tinggi tempat pembakaran kurang dari 4 meter bisa menampung 6000
bata. selanjutnya batu yang telah diuapkan hingga temperatur suhu naik/tinggi,
setelah itu didinginkan dan dikeluarkan melewati pintu Oven yang berada di
samping.
Komentar
Posting Komentar